0

Al-Qur'an

Posted by Unknown on 07.02
Al-Qur’ān (ejaan KBBI: Alquran, Arab: القرآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.[1]

Daftar isi

Etimologi

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)

Terminologi

Sebuah sampul dari mushaf Al-Qur'an.
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.

Nama-nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
  • Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)
  • Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
  • Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
  • Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)
  • Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
  • Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
  • Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
  • Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
  • At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
  • Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
  • Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
  • Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
  • Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
  • Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
  • An-Nur (cahaya): QS(4:174)
  • Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
  • Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
  • Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

Struktur dan pembagian Al-Qur'an

Al-Qur'an yang sedang terbuka.

Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.[rujukan?]

Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf

Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin

Pada masa pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
  1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
  2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
  3. An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
  4. Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
  5. Al-Qur'anu'l-Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin
Terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain:
  1. The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
  2. The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
  1. Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
  2. Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
  3. Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
  4. Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
  5. Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
  6. Al-Amin (bahasa Sunda)
  7. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap Sulsel)

Tafsir

Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

Adab terhadap Al-Qur'an

Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.[3]

Pendapat pertama

Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Pendapat kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci” [4]Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[5]

Hubungan dengan kitab-kitab lain

Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
  • Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
  • Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
  • Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
  • Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

0

Alkitab

Posted by Unknown on 07.01
Alkitab adalah kitab suci umat Kristiani. Kadang-kadang disebut pula dengan istilah Injil, meskipun sesungguhnya istilah itu sebenarnya hanya merujuk kepada empat dari 66 kitab, yaitu empat kitab pertama dalam Perjanjian Baru.
Alkitab berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab , yang berarti "buku itu" . Dimana kata Al merupakan istilah kata sandang khas bahasa Arab. Dalam Kitab Suci agama Kristen sendiri, istilah Alkitab (yang berasal dari istilah Arab) tidak dipakai, karena Kitab Suci agama Kristen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani, Aram dan Yunani.
Oleh orang Kristen di Indonesia, istilah Alkitab dipakai sebagai sebutan untuk Kitab Suci (Bible dalam bahasa Inggris), yaitu kumpulan Kitab Suci gabungan dari Kitab Suci agama Yahudi (Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama/Old Testament) dan kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang Kristen mula-mula (Perjanjian Baru/New Testament). Alkitab sendiri sebenarnya dapat juga merujuk kepada Kitab Suci agama Islam, Al Qur'an , walaupun di Indonesia sendiri tidak pernah dipakai karena untuk menghormati agama Kristen .
Alkitab dibagi atas dua bagian utama, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian-bagian utama ini disebut "Perjanjian" karena Allah bangsa Israel membuat perjanjian kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama perjanjian itu dibuat dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa dengan bangsa Israel dan Daud. Bagian Perjanjian Lama (Old Testament) sendiri sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi, yang memuat cerita tentang nabi-nabi agama Yahudi.
Di dalam Perjanjian Baru, yang ditulis oleh orang-orang Kristen yang pertama, perjanjian itu diperbarui lagi antara Allah dengan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Sebagai Kitab Suci agama Yahudi, hampir semua buku dalam Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali beberapa bagian yang ditulis dalam bahasa Aram contohnya kitab Daniel. Sedangkan semua buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dengan sejumlah kata-kata bahasa Aram (bahasa daerah di Israel pada waktu itu) dan bahasa Latin (bahasa pemerintah Romawi yang berkuasa pada masa itu), walaupun Yesus Kristus sendiri yang berbangsa Yahudi diyakini sehari-harinya berbicara dalam bahasa Aram.

Etimologi

Sebuah Alkitab milik sebuah keluarga Amerika terbitan tahun 1859.
Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: الكتاب) yang secara sederhana berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri Alkitab disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: الكتاب المقدس - Kitab Suci). Penulisan dalam bahasa Indonesia selalu menuliskan kata ini dengan menggunakan huruf kapital "A", sebagaimana dilakukan juga untuk kitab-kitab suci agama-agama yang lain. Nama "Alkitab" sendiri tidak muncul di dalam Alkitab, karena sebenarnya merupakan istilah bahasa Arab, sedangkan seluruh kitab-kitab dalam Alkitab aslinya ditulis dalam bahasa-bahasa Ibrani, Aram dan Yunani.
Dalam bahasa Indonesia, untuk membedakan dengan Al-Qur'an, maka umat Muslim kadang menyebut Alkitab Kristen dengan istilah Bibel atau Injil.
Istilah "Bibel" pertama kali digunakan oleh Filo (20 SM–50 M) dan Yosefus, yang menyebut Perjanjian Lama sebagai bibloi hiërai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi Alkitab Latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama "Biblia" yang merupakan kata dari bahasa Latin yang berarti "buku" atau "kitab". Alkitab dalam bahasa Inggris disebut the Bible (atau Holy Bible - "Kitab Suci").
Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل‎ ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan", yang merujuk pada 1 Peter 1:25 (BIS, TL, & Yunani). Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris Kuno gōd-spell yang berarti "kabar baik" , yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari bahasa Yunani (eu- "baik", -angelion "kabar"). Atau gōd-spell bisa diartikan juga sebagai " Mantra Tuhan ".

Struktur dan pembagian Alkitab

Alkitab terdiri dari kumpulan 66 bagian yang disebut dengan kitab atau buku, 39 termasuk dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru yang diakui oleh seluruh denominasi Kristen, serta kitab-kitab tambahan yang digolongkan sebagai Deuterokanonika, yang jumlahnya bervariasi menurut denominasi Kristen. Kaum Protestan hanya mengakui ke-66 kitab yang tidak tergolong Deuterokanonika.
Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu:
  1. Kitab Taurat (5 kitab)
  2. Kitab Sejarah (12 kitab)
  3. Kitab Puisi (5 kitab)
  4. Kitab Nabi-nabi Besar (5 kitab) dan
  5. Kitab Nabi-nabi Kecil (12 kitab).
Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah
  1. Kitab Injil (4 kitab)
  2. Kitab Sejarah (1 kitab)
  3. Surat-surat Rasuli (21 kitab) dan
  4. Kitab Wahyu (1 kitab).
Ada pula sejumlah Kitab Injil, semacam Injil Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), misalnya Injil Yudas Iskariot maupun Injil Barnabas . Tetapi tidak diakui dan dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru, karena isinya tidak sesuai dengan keyakinan Injil - Injil sebelumnya . Dimana Injil Yudas Iskariot mengkisahkan Yesus Kristus kawin dengan murid wanitanya yang bernama Maria Magdalena , sedang Injil Barnabas yang ditulis pada abad ke-15 menyatakan datangnya Mesias Baru setelah Yesus Kristus wafat.
Perjanjian Lama menceritakan Kisah Nabi - Nabi sebelum Yesus Kristus lahir, dari Adam sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru memuat Kitab Injil (4 kitab) menceritakan sejarah Yesus Kristus dari sebelum lahirnya sampai matinya dan surat-surat yang ditulis oleh pengilkut-pengikut-Nya.
Untuk memudahkan pencarian lokasi pernyataan di dalam Alkitab, masing-masing kitab atau buku dibagi atas pasal-pasal. Yang paling pendek terdiri dari 1 pasal saja: Kitab Obaja, Surat Filemon, Surat 2 Yohanes, Surat 3 Yohanes, Surat Yudas; dan yang paling panjang 150 pasal: Kitab Mazmur.
Masing-masing pasal dibagi menjadi sejumlah ayat. Yang paling sedikit 2 ayat: Mazmur 117; dan yang paling banyak 176 ayat: Mazmur 119.
"Alamat Alkitab" adalah cara yang digunakan untuk memudahkan pencarian lokasi ayat di dalam Alkitab. Kejadian 1:1, misalnya, menunjuk pada kitab Kejadian, yaitu kitab pertama dalam Alkitab, pasal pertama, ayat pertama.
Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis , bukan karena turunnya Wahyu. Semi-kronologis karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu penulisannya dan siapa penulisnya, dan beberapa lainnya merupakan kumpulan tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisannya. Kitab Amsal yang ditulis oleh raja Salomo, misalnya, tidak ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat hidup Salomo, namun dikelompokkan bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya. (Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung). Kitab nabi Yeremia yang hidup di zaman raja Yosia, contoh lainnya, tidak ditempatkan setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab nabi nabi besar lainnya (Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel). Kitab-kitab lainnya, terutama kitab-kitab sejarah, disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan agar tidak membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga kitab Kisah Para Rasul lebih cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena kitab-kitab Injil itu merupakan latar belakang penulisan Kisah Para Rasul. Namun beberapa kitab, seperti Amsal dan Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan lebih memahaminya jika mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh).
Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut sudah tidak berubah selama berabad-abad sejak abad ke-4 M, namun beberapa terjemahan Alkitab kadang-kadang memiliki konvensi yang sedikit berbeda, misalnya dalam kitab Mazmur Alkitab bahasa Indonesia, nama penggubah Mazmur dan judul lagu dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan dalam bahasa Inggris tidak. Oleh karena itu Alkitab bahasa Indonesia memiliki beberapa puluh ayat lebih banyak dari bahasa Inggris.
Selain itu setiap terjemahan Alkitab memiliki bagian sub-pasal yang disebut dengan perikop, yaitu yang membahas suatu topik tertentu. Pembagian-pembagian ini bukan merupakan bagian isi Alkitab yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk memudahkan pembacaan atau pencarian kembali suatu pembacaan bagian tertentu.
Selain itu semenjak dahulu ada diskusi tentang kanon Alkitab: buku apa saja yang bisa dianggap bagian dari Alkitab. Pada abad ke-3 SM, Alkitab Ibrani atau Tanakh diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini disebut Septuaginta, tetapi memuat sejumlah buku yang tidak terdapat dalam versi Yahudi. Buku-buku ini disebut buku-buku Deuterokanonika.

Daftar Kitab dalam Alkitab

Sampul Alkitab Terjemahan Lama
Sampul Alkitab Terjemahan Baru
Alkitab, khususnya yang berbahasa Indonesia, terdiri dari:
Perjanjian Lama Deuterokanonika Perjanjian Baru
Kitab Kejadian Kitab Tobit Injil Matius
Kitab Keluaran Kitab Yudit Injil Markus
Kitab Imamat Kitab 1 Makabe Injil Lukas
Kitab Bilangan Kitab 2 Makabe Injil Yohanes
Kitab Ulangan Kitab Kebijaksanaan Salomo Kisah Para Rasul
Kitab Yosua Kitab Yesus bin Sirakh Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Kitab Hakim-Hakim Kitab Barukh Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
Kitab Rut Surat Yeremia Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus
Kitab 1 Samuel Tambahan Daniel Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia
Kitab 2 Samuel Tambahan Ester Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus
Kitab 1 Raja-raja
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi
Kitab 2 Raja-raja
Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose
Kitab 1 Tawarikh
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika
Kitab 2 Tawarikh
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika
Kitab Ezra
Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius
Kitab Nehemia
Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius
Kitab Ester
Surat Paulus kepada Titus
Kitab Ayub
Surat Paulus kepada Filemon
Kitab Mazmur
Surat kepada Orang Ibrani
Kitab Amsal
Surat Yakobus
Kitab Pengkhotbah
Surat Petrus yang Pertama
Kitab Kidung Agung
Surat Petrus yang Kedua
Kitab Yesaya
Surat Yohanes yang Pertama
Kitab Yeremia
Surat Yohanes yang Kedua
Kitab Ratapan
Surat Yohanes yang Ketiga
Kitab Yehezkiel
Surat Yudas
Kitab Daniel
Wahyu kepada Yohanes
Kitab Hosea

Kitab Yoel

Kitab Amos

Kitab Obaja

Kitab Yunus

Kitab Mikha

Kitab Nahum

Kitab Habakuk

Kitab Zefanya

Kitab Hagai

Kitab Zakharia

Kitab Maleakhi

Pembagian Alkitab dan Statistik Alkitab

Halaman Alkitab bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru yang memuat Injil Matius pasal 6.
Pembagian dan statistik (jumlah pasal, ayat dan kata) ke-66 kitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[1] Singkatan kitab-kitab dalam Alkitab bahasa Indonesia biasanya adalah tiga huruf pertama nama kitab (kecuali Kitab Ayub, Kitab Pengkhotbah, Surat Filipi dan Surat Filemon)


Bagian Golongan Singkatan Kitab ke- Pasal Ayat Kata
Alkitab Perjanjian Lama Taurat   Kej. 1 50 1533 31831
Kel. 2 40 1213 26962
Ima. 3 27 859 20068
Bil. 4 36 1288 26857
Ula. 5 34 959 23015
Tulisan-tulisan Kitab sejarah Yos. 6 24 658 15281
Hak. 7 21 618 15785
Rut 8 4 85 2162
1Sam. 9 31 811[2][3] 20745
2Sam. 10 24 695 16794
1Raj. 11 22 817[2][4] 20016
2Raj. 12 25 719 19090
1Taw. 13 29 942 16879
2Taw. 14 36 822 20989
Ezr. 15 10 280 6176
Neh. 16 13 407[2][5] 8706
Est. 17 10 167 4785
Kitab puji-pujian/ucapan syukur Ayb.
Ay.
18 42 1070 14474
Maz. 19 150 2527[2][6] 35156
Ams. 20 31 915 11871
Pkh. 21 12 222 4496
Kid. 22 8 117 1974
Nabi-nabi Nabi-nabi besar Yes. 23 66 1292 30632
Yer. 24 52 1364 34516
Rat. 25 5 154 2514
Yeh. 26 48 1273 31797
Dan. 27 12 357 9747
Nabi-nabi kecil Hos. 28 14 197 4297
Yoe.
Yl.
29 3 73 1617
Amo.
Am.
30 9 146 3414
Oba. 31 1 21 507
Yun. 32 4 48 1095
Mik. 33 7 105 2496
Nah. 34 3 47 979
Hab. 35 3 56 1152
Zef. 36 3 53 1322
Hag. 37 2 38 947
Zak. 38 14 211 5142
Mal. 39 4 55 1481
Perjanjian Baru Injil Injil Sinoptik Mat. 40 28 1071 20168
Mar.
Mrk.
41 16 678 13079
Luk. 42 24 1151 22259
  Yoh. 43 21 878[2][7] 17067
Sejarah   Kis. 44 28 1006[2][8] 22066
Surat Surat-surat Paulus Rom. 45 16 434[2][9] 8846
1Kor. 46 16 437 8943
2Kor. 47 13 256[2][10] 5897
Gal. 48 6 149 2959
Efe. 49 6 155 2725
Flp. 50 4 104 1953
Kol. 51 4 95 1866
1Tes. 52 5 89 1749
2Tes. 53 3 47 954
1Tim. 54 6 113 2184
2Tim. 55 4 83 1558
Tit. 56 3 46 898
Flm. 57 1 25 390
  Ibr. 58 13 303 6483
Surat-surat Petrus 1Pet. 59 5 108 1838
2Pet. 60 5 105 2328
  Yak. 61 3 61 1517
Surat-surat Yohanes 1Yoh. 62 5 105 2410
2Yoh. 63 1 13 285
3Yoh. 64 1 15 316
  Yud. 65 1 25 638
Akhir zaman   Wah.
Why.
66 22 405[2][11] 10396
Total Statistik Perjanjian Lama atau Kitab-Kitab Ibrani[12] 39 929 23214[2][13] 496420
Total Statistik Perjanjian Baru atau Kitab-Kitab Yunani Kristen[12] 27 260 7957 162125
Total Statistik Alkitab[12] 66
kitab
1189
pasal
31171[2][14]
ayat
658545
kata

Penulis dan perkiraan tahun penulisan

Halaman Alkitab yang memuat Injil Yohanes pasal 3 dan 4.
Sumber: Phillips, 2007.[15]
Nama kitab Penulis Perkiraan Tahun Penulisan
Kitab Kejadian Musa 1445 SM
Kitab Keluaran Musa 1444 SM
Kitab Imamat Musa 1443 SM
Kitab Bilangan Musa 1443-1405 SM
Kitab Ulangan Musa 1405 SM
Kitab Yosua Yosua 1375 SM
Kitab Hakim-Hakim Samuel 1375-1075 SM
Kitab Rut Samuel Selama masa Hakim-hakim
Kitab 1 Samuel Tidak dikenal 1000 SM
Kitab 2 Samuel Tidak dikenal 960 SM
Kitab 1 Raja-raja Tidak dikenal Abad keenam SM
Kitab 2 Raja-raja Tidak dikenal Abad keenam SM
Kitab 1 Tawarikh Ezra Abad kelima SM
Kitab 2 Tawarikh Ezra Abad kelima SM
Kitab Ezra Ezra 535-475 SM
Kitab Nehemia Ezra dan Nehemia 445-433 SM
Kitab Ester Tidak dikenal 483-474 SM
Kitab Ayub Tidak dikenal 1800 SM
Kitab Mazmur Daud, Asaf, dan beberapa penulis lain 1440-580 SM
Kitab Amsal Salomo dan penulis lain 950 SM
Kitab Pengkotbah Salomo 935 SM
Kitab Kidung Agung Salomo 960 SM
Kitab Yesaya Yesaya 739-700 SM
Kitab Yeremia Yeremia 627-560 SM
Kitab Ratapan Yeremia 586 SM
Kitab Yehezkiel Yehezkiel 593-571 SM
Kitab Daniel Daniel 606-534 SM
Kitab Hosea Hosea 760-725 SM
Kitab Yoel Yoel 838 SM
Kitab Amos Amos 760 SM
Kitab Obaja Tidak dikenal 845 SM
Kitab Yunus Yunus 782 SM
Kitab Mikha Mikha 735 SM
Kitab Nahum Nahum 650 SM
Kitab Habakuk Habakuk 609-599 SM
Kitab Zefanya Zefanya 640 SM
Kitab Hagai Hagai 520 SM
Kitab Zakharia Zakharia 520 SM
Kitab Maleakhi Maleakhi 500 SM
Injil Matius Matius 60 M
Injil Markus Markus 60 M
Injil Lukas Lukas 60 M
Injil Yohanes Yohanes 60 M
Kisah Para Rasul Lukas 64 M
Surat Paulus kepada Jemaat di Roma Paulus 58 M
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus Paulus 56 M
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus Paulus 57 M
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia Paulus 56 M
Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus Paulus 62 M
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi Paulus 62 M
Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose Paulus 62 M
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika Paulus 52 M
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika Paulus 52 M
Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius Paulus 64 M
Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius Paulus 66 M
Surat Paulus kepada Titus Paulus 64 M
Surat Paulus kepada Filemon Paulus 62 M
Surat kepada Orang Ibrani Tidak dikenal 70 M
Surat Yakobus Yakobus 60 M
Surat Petrus yang Pertama Petrus 63 M
Surat Petrus yang Kedua Petrus 68 M
Surat Yohanes yang Pertama Yohanes 85-90 M
Surat Yohanes yang Kedua Yohanes 85-90 M
Surat Yohanes yang Ketiga Yohanes 85-90 M
Surat Yudas Yudas 65-90 M
Wahyu kepada Yohanes Yohanes 90-96 M

Ketersediaan

Berdasarkan perhitungan publikasi Scripture Language Report, sebuah panduan otoritatif tentang perkembangan penerjemahan Alkitab global dari tahun ke tahun yang diterbitkan oleh United Bible Societies, dari sekitar 6.600 bahasa di dunia, terdapat 2.527 bahasa yang telah memiliki terjemahan Alkitab, sementara 2.000 bahasa lainnya sedang dalam proses menerjemahkan Alkitab.[16]
Alkitab diperkirakan terjual sekitar 25 juta eksemplar setiap tahunnya,[17][18] belum termasuk yang dicetak dan dibagikan secara cuma-cuma oleh organisasi seperti Gideons International. Ketersediaan dan banyaknya jumlah Alkitab yang pernah dicetak dan dibagikan membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam literatur dan sejarah dunia.

Injil dan sejarah

Dalam sejarahnya, banyak orang melakukan penelitian kristis mengenai sejarah dan isi Alkitab, dengan berbagai motivasi. Ada yang meneliti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai tujuan dan proses penulisannya, ada pula yang sebenarnya bertujuan untuk menemukan sanggahan keabsahan penggunaan Alkitab sebagai kitab suci. Jesus Seminar, misalnya, adalah sekelompok ahli yang mempertanyakan dan memperdebatkan perkataan-perkataan dan tindakan tercatat Yesus dan melakukan pemungutan suara untuk menentukan sejauh apa mereka dapat mempercayai pernyataan-pernyataan di dalam Injil.[19] Di samping itu, ada sejumlah kritikus Alkitab mengindikasikan bahwa catatan tentang Yesus telah ditambah-tambahi melalui tradisi oral turun-temurun dan tidak dituliskan hingga sepeninggal para rasul, sehingga para kritikus tersebut mempertanyakan keakuratan penggambaran sosok Yesus yang sesungguhnya.
Di pihak lain, para sejarawan Kristen memberikan bukti-bukti sejarah bahwa Yesus yang digambarkan di dalam Injil dan Alkitab yang ada sekarang ini layak untuk dipercayai.
Ada dua pertanyaan yang dijawab, yaitu: Kapan dokumen asli Injil ditulis? Dan siapa yang menulisnya?
Bagian terbesar dalam Perjanjian Baru adalah 13 surat Paulus untuk gereja-gereja muda dan beberapa individu. Surat-surat Paulus, yang ditulis sekitar pertengahan tahun 40 hingga pertengahan tahun 60 (12-33 tahun setelah Kristus) merupakan tulisan-tulisan pertama tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Will Durant menulis tentang pentingnya tulisan-tulisan Paulus dari segi sejarah, "Bukti Kristen tentang Kristus dimulai dari surat-surat yang ditulis oleh Santo Paulus. ... Tidak ada yang pernah mempertanyakan eksistensi Paulus, atau perjumpaannya beberapa kali dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes; dan Paulus mengaku dengan iri bahwa orang-orang tersebut telah mengenal Yesus secara langsung." Dari hal tersebut jelas bahwa ada Injil yang ditulis oleh orang yang tidak pernah bertemu Yesus secara langsung (khususnya Injil Lukas), sehingga bias penulisan Kitab Suci bisa terjadi, meskipun dapat saja segera dikoreksi oleh para saksi mata yang masih hidup saat itu.[20]
Tabel perbandingan dokumen kuno Yunani[21][22]
Buku Ditulis Salinan paling awal Perbedaan dari aslinya Jumlah salinan yang selamat
Illiad oleh Homer 800 SM c. 400 SM 400 tahun 643
Sejarah tulisan Herodotus 460-400 SM c. 900 M 1350 tahun 8
Sejarah tulisan Thucydides 480-425 SM c. 900 M 1300 tahun 8
Tulisan Plato 400 SM c. 900 M 1300 tahun 7
Gallic Wars tulisan Caesar 100-44 SM c. 900 M 1000 tahun 10
Perjanjian Baru 50-100 fragmen - c.114
beberapa buku - c.200
hampir lengkap - c.250
lengkap - c.325
+50 tahun
100 tahun
150 tahun
225 tahun
5.366
Kelompok Jesus Seminar berpendapat bahwa Injil-Injil ditulis paling awal tahun 130 hingga 150 oleh penulis yang tidak diketahui (!), jika hal tersebut benar, maka ada kira-kira 100 tahun setelah kematian Yesus (oleh sejarawan diperkirakan antara tahun 30-33). Namun hampir semua sejarawan Kristen lainnya menolak pandangan yang tidak didukung bukti jelas ini, bahkan telah mencapai konsensus bahwa Injil ditulis oleh para rasul pada abad pertama, walaupun masih ada perbedapatan oleh rasul yang mana. Tiga bukti kuat mengenai hal tersebut adalah:
  • Dokumen-dokumen ajaran sesat seperti pengikut Marsion dan Valentinus dari abad pertama dan awal abad ke-2 yang sudah mengutip dari Alkitab bagian Perjanjian Baru.
  • Dokumen-dokumen yang ditulis oleh sumber sejarah mula-mula, seperti Klemens dari Roma, Ignatius, dan Polikarpus yang mengutip sebagian besar kitab-kitab yang ada sekarang ini.
  • Fragmen Injil yang ditemukan dan dengan penanggalan-karbon diperkirakan berasal dari paling akhir tahun 117
Arkeologis Alkitab William F. Albright menyimpulkan bahwa keseluruhan Perjanjian Baru ditulis "sangat mungkin antara tahun 50 M dan 75 M"[23], sementara skeptis John A. T. Robinson bahkan memberikan tanggal yang lebih awal daripada kaum konservatif, yaitu sekitar tahun 40 dan 65[24]. Jika benar bahwa Perjanjian Baru ditulis pada pertengahan hingga akhir abad pertama, maka para rasul yang pada saat itu masih hidup dapat membuktikan kebenarannya dan segala kesalahan sejarah akan segera tampak baik oleh para saksi mata maupun penentang orang Kristen.
Tulisan asli para rasul disimpan secara seksama oleh para gereja, namun penyimpanan yang paling seksama pun tidak dapat bertahan terhadap pendudukan Romawi, perjalanan waktu selama 2000 tahun, dan proses disintegrasi. Saat ini tidak ada yang tersisa dari tulisan-tulisan asli tersebut. Manuskrip asli semuanya hilang, meskipun para ahli masih berharap suatu ketika kejadian Gulungan Laut Mati terulang kembali. Namun tidak hanya Alkitab yang bernasib demikian; tidak ada dokumen asli lainnya dari zaman kuno yang selamat hingga saat ini. Para sejarawan tidak terganggu dengan hal tersebut asalkan mereka memiliki salinan yang dapat dipercayai.
Pada awal sejarah kekristenan, jumlah gereja yang semakin bertambah menghasilkan semakin banyak salinan yang ditulis di bawah pengawasan ketat oleh para pemimpin gereja. Mengikuti tradisi Yahudi dalam menyalin Perjanjian Lama, setiap kata dengan hati-hati disalin dan apabila ada satu kata yang salah maka seluruh perkamen atau papirus tersebut harus dimusnahkan. Jadi sekarang ini para ahli dapat mempelajari tulisan asli para rasul dari salinan dari salinan yang disalin dengan hati-hati, untuk menentukan keotentisitasan sehingga tiba pada sebuah perkiraan yang sangat dekat dengan dokumen aslinya. Tes yang digunakan untuk menentukan keabsahan salinan yang selamat antara lain:
  1. Tes bibliografis.
    Tes ini membandingkan dengan dokumen kuno lain dari periode yang sama. Yang dibandingkan adalah jumlah salinan yang eksis saat ini, jarak waktu antara tulisan asli dan salinan paling awal yang selamat, dan perbandingan sejarah dengan dokumen kuno yang lain. Lebih dari 5000 manuskrip salinan dalam bahasa Yunani telah ditemukan, dan jika dihitung dalam bahasa-bahasa lain, jumlah tersebut menjadi 24000, semuanya berasal dari abad kedua hingga abad keempat. Selain itu selisih waktu tulisan asli dan salinan paling awal juga tidak begitu jauh (lihat tabel). Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus merupakan dua salinan Alkitab yang hampir lengkap dari abad ketiga hingga abad keempat.
  2. Tes bukti internal.
    Tes ini mempertanyakan konsistensi saksi mata, detail nama orang, nama tempat, dan nama kejadian, surat kepada individu atau kelompok kecil, kejadian yang memalukan sang penulis, kehadiran materi yang tidak relevan atau kontra-produktif, dan tidak adanya materi yang relevan. Jika keempat Injil menulis hal yang sama persis, maka hal itu menjadi patut dicurigai. Para saksi mata yang menuliskan Injil menceritakan kisah Yesus dari perspektif yang berbeda-beda, namun catatan mereka tetap konsisten satu dengan yang lain, sehingga secara keseluruhan, keempat Injil memberikan gambaran yang jelas dan utuh tentang Yesus. Sejarawan juga menyukai detail karena hal tersebut mempermudah pelacakan kebenaran. Surat-surat Paulus dan keempat Injil penuh dengan detail nama orang, nama tempat, dan kejadian dan banyak di antaranya telah dibuktikan oleh sejarawan dan arkeologis. Nama-nama yang dikarang oleh penulis Injil akan dengan mudah ditemukan oleh orang-orang yang menentang mereka, para imam Yahudi dan tentara Romawi.
    Ahli sejarah Louis Gottschalk berpendapat bahwa surat yang tidak dipublikasikan secara umum dan ditujukan pada seseorang atau sekelompok kecil orang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dapat dipercaya, sedangkan sejarawan lain mengemukakan bahwa kebanyakan penulis tidak ingin mempublikasikan sesuatu yang memalukan mereka sendiri, oleh karena itu dokumen yang menuliskan hal yang memalukan para penulisnya secara umum lebih dapat dipercayai. Penyangkalan Petrus, kejahatan Paulus, dan banyak contoh yang lain tidak akan dicantumkan kecuali jika mereka benar-benar ingin memberikan laporan mengenai kejadian yang sesungguhnya.
    Selain tes-tes di atas, sejarawan juga mencari materi-materi kontraproduktif dan tidak relevan. Hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Yesus mati disalib padahal dianggap akan menyelamatkan Israel, kubur Yesus yang kosong ditemukan oleh wanita padahal zaman itu kesaksian wanita tidak dianggap sama sekali) dan detail-detail yang tidak berhubungan dengan cerita utama dan hanya disinggung sekali saja dianggap sebagai tanda bahwa materi-materi tersebut memang benar-benar terjadi atau mereka tidak akan dituliskan. Demikian pula dengan isu-isu yang dihadapi oleh gereja abad pertama ─ pengabaran Injil kepada non-Yahudi, karunia Roh Kudus, sakramen baptis, kepemimpinan gereja ─ sedikit sekali disinggung oleh Yesus. Adalah masuk akal jika para rasul hanya ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan menambahkan materi-materi ke dalam Injil yang ditulis. Dalam satu masalah, Paulus dengan terus terang berkata, "Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan"
  3. Tes bukti eksternal.
    Tes ini mengukur reliabilitas suatu dokumen dengan membandingkan dengan catatan sejarah yang lain. Dalam hal ini yaitu catatan sejarah non-Kristen tentang Yesus. Paling tidak ada tujuh belas tulisan non-Kristen yang mencatat lebih dari lima puluh detail tentang kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus, ditambah dengan detail gereja mula-mula[25] Lebih jauh lagi, reliabilitas Perjanjian Baru didukung oleh lebih dari 36.000 dokumen non-Alkitab (kutipan dari pemimpin gereja tiga abad pertama) sehingga jika seluruh salinan Perjanjian Baru hilang, maka para ahli dapat merekonstruksi ulang menggunakan dokumen-dokumen tersebut dengan perkecualian beberapa ayat saja.[26]
Dengan bukti-bukti yang telah ada, maka dapat disimpulkan bahwa Alkitab yang beredar saat ini dapat dipercayai kebenarannya / tidak ditambah-tambahi dalam rentang waktu sekitar 2000 tahun.

Alkitab bahasa Indonesia

Alkitab Edisi Studi
Teks Alkitab Bahasa Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak awal abad ke-17 (tahun 1612 di Batavia) hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 versi dan porsi Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia (modern dan kuno, rendah, dan tinggi) [27], di antaranya yang paling sering digunakan dewasa ini adalah Terjemahan Baru (TB), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), dan Firman Allah Yang Hidup (FAYH).

Pandangan Islam terhadap Alkitab

Secara umum telah diketahui bahwa Islam mengakui keberadaan kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelum kehadiran Nabi Muhammad saw. Terkhusus di antara kitab-kitab tersebut, adalah 3 kitab besar, yaitu Taurat, Zabur dan Injil (Misalnya dalam surat al Baqarah ayat 41 : Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. dan Surat Ali Imran ayat 184 : Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mu'jizat-mu'jizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. ). Dalam hal ini terdapat keterkaitan antara dua kitab besar, Taurat dan Zabur dengan Perjanjian Lama. Namun, tidak dapat diidentikkan keyakinan kepada eksistensi Taurat dan Zabur dengan penerimaan Perjanjian Lama secara utuh, karena yang telah diakui sebagai Taurat baik bagi kalangan Yahudi maupun Kristen adalah lima kitab pertama yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan sedangkan yang dapat diparalelkan (bukan disamakan) dengan kitab Zabur adalah kitab Mazmur. Sedangkan kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Lama selain dua kitab yang telah disebutkan tidak masuk dalam kategori kitab-kitab yang diimani oleh Islam sebagai kitab wahyu. Hal ini bukan berarti eksistensi kitab-kitab lainnya ini ditolak sama sekali, melainkan dapat diterima sebagai bagian dari tradisi Yahudi untuk mengenal sejarah dan keagamaan mereka secara umum.
Adapun pandangan umum Islam yang menyatakan bahwa Taurat dan Zabur yang eksis pada saat ini bukanlah Taurat dan Zabur yang otentik, dalam arti bahwa kitab-kitab Taurat dan Zabur yang ada sekarang telah mengalami banyak perubahan, yang mengakibatkan perubahan redaksi dan esensi, baik dalam permasalahan yang prinsipil atau yang tidak prinsipil dimuat di antaranya dalam surat al Baqarah ayat 79 : Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Pada dasarnya pernyataan al Qur'an ini sejalan dengan pandangan para teolog Yahudi dan Kristen itu sendiri yang memandang bahwa seluruh kitab dalam Perjanjian Lama, termasuk di dalamnya Taurat dan Zabur tidak disusun sekali jadi oleh seorang penulis atau oleh sekelompok orang di bawah bimbingan seseorang. Melainkan seluruh kitab tersebut tersusun dari sumber-sumber yang banyak dan ditulis oleh orang-orang yang banyak pula, yang berasal dari berbagai negeri dan berbagai generasi, di mana masing-masing penulis selain berfungsi sebagai penyalin, juga berfungsi sebagai penyunting dan menambahkan gagasan-gagasan baru ke dalam naskah yang telah ada karena motif tertentu yang tidak selamanya negatif. Perbedaan sudut pandang al Qur'an dengan pandangan para teolog terutama dalam menyikapi proses dan hasil penyuntingan dan perubahan tersebut, di mana al Qur'an memandang perubahan yang terjadi sebagai sebuah bentuk distorsi yang tidak layak dilakukan terhadap firman Allah, sehingga hasil yang didapatkan bukan lagi firman Allah yang murni karena telah terkontaminasi pikiran dan kehendak manusia. Sementara para teolog memandang proses penyuntingan dan perubahan yang mengikuti tradisi Yahudi ini sebagai bagian dari inspirasi Allah untuk menghasilkan suatu naskah final yang standar.
Karena pada kenyataan sejarah, seluruh Kitab Suci Yahudi yang dijadikan Kristen juga sebagai Kitab Suci , dimusnahkan raja Persia Nekabunedzkar pada penaklukan bangsa Yahudi oleh bangsa Persia . Sehingga Kitab yang ada sekarang ada merupakan penulisan ulang oleh orang Yahudi yang tidak mengetahui dan mengalami masa penurunan Wahyu

Copyright © 2009 Deny Octa Christian All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.