0

Death Hunter (ONESHOOT)

Posted by Unknown on 06.02
Genre: Romens dan action

-Franz POV-

"Come on beb, say cheese..." ucapku sambil memegang kamera dan pistol, terlihat sepasang kekasih yang sedang main kuda-kudaan itu sangat shock akan kedatanganku. Yang wanita langsung berteriak dan menjauh tapi aku tersenyum manja.

"Jangan! Jangan sakiti kami..." teriak wanita itu.

Aku yang mengunyah permen karet menarik pelatuk pistolku..

Dorr... Dorrr...

"Aah.. So sweet, bercinta sampai mati.. Cuih.." ucapku sambil meludahkan permen karet.

Seperti aksiku biasa, aku menempelkan stempel 'Death Hunter' di jidat para korban setelah itu memotretnya, buat tanda bukti pengambilan uang upah nanti.

Yang barusan aku bunuh itu adalah salah satu pejabat yang dinyatakan korupsi triliunan, katanya sih dipenjara tapi nyatanya malah santai di luar dengan pelacur.

Sebelum melompat ke jendela aku menelepon atasanku dulu, buat konfirmasi saja kalau misi selesai dengan mudahnya.

Aku bekerja di serikat pembunuh bayaran yang namanya Death Hunter sejak umur 17 tahun hingga sekarang 25 tahun, aku jadi anak kesayangan boss karena selalu berhasil dalam misi. Boss sudah seperti ayahku sendiri. Dan membunuh adalah passionku.

Hanya saja aku cukup selektif, aku cuma mengambil target yang punya catatan kriminal. Dan menolak jika targetnya seorang ibu ataupun anak. Kata boss aku pembunuh yang berhati nurani haha..

---

Aku mengunyah spagetiku perlahan, di cafe itu TV sedang menayangkan berita bahwa kelompokku memakan korban lagi untuk sekian kalinya. Wew, aku sangat populer.. Sayang mereka tak tau pemberantas kejahatan itu seganteng aku.

Selesai menyeruput teh aku langsung membayar ke kasir, setelah bayar aku ke parkiran. Tapi aku sedikit terheran saat memasukkan kunci motor kenapa tak bisa hidup.

Aku memperkeras putarannya dan memukul motornya sesekali tapi dari belakang ada yang menepuk punggungku, "Sorry bro, ini motorku.. Mungkin motormu di sebelah sana.."

Aku berbalik dan menepuk jidatku, "Astaga kenapa aku sepikun ini haha.. Motor kita sih dari look aja sama persis.." ucapku canggung.

"Ah no problem bro, asal gak rusak aja.. Kalau tadi getoknya sampe retak baru aku laporkan ke kantor polisi.." ucapnya dengan nada bercanda.

Aku membulatkan mata mendengar kata polisi, dengan kalimat sok manja aku membalasnya, "Ah kau tega, aku terlalu unyu untuk dimasukkan ke penjara.."

Dia langsung tertawa, memperlihatkan barisan gigi putihnya yang rapi, "Oh ya kita belum berkenalan.. Aku Adam kalau kau?" dia mengulurkan tangan.

"Aku.. Umm Fajar, haha nice to meet you bro.."

Dia menepuk pundakku, "Nice to meet you too, ah sepertinya kita memiliki kecocokan untuk bersahabat.. Mana nomer HP atau pin BBmu, jadi lain kali gampang menjalin silaturahmi.." ucap Adam sambil menaik-naikkan kening.

Sebenarnya aku ragu untuk berkenalan apalagi menjadi dekat, profesiku tak memungkinkan. Lagi pula aku nomaden (Berpindah-pindah). Sulit untuk bertemu lagi.

Tapi aku melihat wajah mulusnya, senyumnya yang sangat menawan.. Kayanya rugi kalau gak ketemu lagi, aku langsung memberikan nomer teleponku.

Kami tersenyum satu sama lain kemudian toss sebelum akhirnya menaiki motor masing-masing.

Adam... Sosok yang sangat indah, sepanjang jalan aku terbayang wajahnya, aku tidak mengerti akan perasaanku karena baru kali ini aku tertarik kepada seseorang. Dia memiliki pribadi yang membuatku nyaman dan good looking.

Ah.. Aku langsung menepuk kepalaku, ini membuatku tidak fokus.

Dorrr!!

Dari belakang ada yang menembakku, aku melihat spion ada tiga mobil yang mengejarku.

Aku meliuk-liukkan motor menghindari peluru yang ingin menerjangku. Di ujung sana aku melihat suatu gang hanya saja terhalang gerobak, aku menggas motor dengan kencang kemudian melompati gerobak itu dan masuk ke dalam gang kecil itu.

Terlihat mereka menghentikan mobil dan berlari mengejarku, aku terus melajukan motor cepat.

Hanya saja gangnya buntu, aku berhenti. Mencari akal and bingo.. Aku melihat ada dinding yang sedikit bolong bisa jadi pijakan untuk melompat ke sebelah.

Setelah merasa aman berada di atas atap rumah warga aku menelepon boss, ya menceritakan kalau akhir-akhir ini banyak yang menyerangku. Masa iya ketahuan lagi kedokkku, capek ah operasi plastik terus.

Aku sudah betah memiliki wajah mirip Kevin Boyband U-kiss. So cute, right..

Resiko sih, sasaranku penjahat semua. Tak mungkin anak buahnya tinggal diam.

Boss memarahiku habis-habisan, katanya kerjaku tak rapi. Bahkan dia melarangku menggunakan stempel Death Hunter sekarang, takut aku malah membongkar kedok serikat kami. Baah..

Franz tak bisa diatur, suka suka dong mau gimana.. Aku pintar, aku yakin aku bisa lolos.

Aku kan kaya kucing punya nyawa sembilan.

----

Hari-hari berikutnya, aku sering bertemu dengan Adam. Hang out, bermain game, memasak and more..

Dia menyenangkan hingga membuat siang terasa singkat, dan malam tiba membuatku terpaksa beraksi lagi hunting nyawa orang.

Dia memberikan signal yang tak biasa menurutku, Adam sangat sering menatapku tanpa berkedip. Apa itu tatapan tanda ketertarikan.

Aku kadang membalas, kadang pura-pura tak tau. Tapi aku sangat excited rasanya kalau dekat dia dan suka senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.

Cinta kah? Ah come on Im so innocent, aku awam sih kalau masalah cinta.

Suatu malam, aku lagi cuti makanya aku menerima tawaran Adam untuk menginap di kosan dia. Kami bercengkrama dan toyor-toyoran kepala, saling bercanda dan bahagia.

"Eh kamu mau minum apa? Jus, kopi, teh atau susu?" tanya Adam nyengir.

"Kalau ada aku mau susu yang asli, tinggal kenyot~" ujarku dengan muka mupeng.

Adam yang tertawa langsung melemparku bantal, "Ngeres aja ya otakmu Jar.." kemudian Adam mengorek-ngorek kulkas walau akhirnya mengerutkan kening.

"Susunya kehabisan nih.." ucap Adam lesu.

"Yaudah apa yang ada aja Dam, gue gak mau ngerepotin.." ucapku.

Adam geleng-geleng, "Gak ada apa-apa.."

Aku langsung cengok, aku berjalan mendekati Adam dan ngecek kulkas dia yang cuma ada batu es.

"Sekarat amat ya kulkasmu. Terus besok-besok makan apa?" tanyaku khawatir.

"Hehe lagi males belanja bulanan Fajar, yaa gini lah.. Bawaannya beli.."

"Bro, gak sehat beli mulu. Seringin makan masakan rumahan deh.. Ayo aku temenin beli keperluanmu.."

Adam tersenyum dan menepuk pundakku, "Ok bro, aku jadi semangat kalau ada yang nemenin.."

Aku dan Adam menuju garasi mengambil motor adam, kami mutusin buat boncengan aja.

Begitu aku naik ke motor bagian belakang rasanya langsung nungging gini, bikin badan aku terdorong merapat ke Adam secara otomatis tapi aku berusaha setegap mungkin agar gak nempel. Adam tersenyum saat noleh, "Siap bro?"

"Sipp.." bunyiku.

"Dam walau motorku dulu juga kaya motormu tapi baru kali ini duduk di boncengan.."

"Haha.. Emang kenapa, Fajar? Enak gak?"

Aku toyor kepalanya, "Enak apaan.. Encok nih pinggang, nungging amat.. Haha berasa lucu.."

"Katro kamu nih Jar haha.. Kalau capek sendaran aja di bahuku.." ucap Adam.

Aku cuma diam kali ini, aku menatap leher Adam, menghirup aromanya yang sexy. Aku menelan liur.

"Fajar? Kok diam?" tanya Adam.

"Ah ya kenapa Dam?" tanyaku.

"Tanganmu mana? Sini.." ucap Adam. Aku heran, ngapain nih anak nyariin tanganku.

Aku nyodorin kedua tanganku ke depan tapi Adam menarik tanganku hingga aku menempel di bahunya, kemudian dia melipat tanganku di perutnya.

Aduh, aku panas dingin nih, naik motor nungging terus pelukan gini. Mukaku langsung merah, terdengar Adam tertawa, "Haha.. Gini posisi yang bener.. Nyantai aja Fajar, gak usah kaku gitu.." ucap Adam yang kayanya enjoy.

Aku tersenyum, mengusek-usek kepala di bahu bidang Adam kemudian menikmati rasanya memeluk pemuda tampan nan harum ini. Rasanya damai.

Aku terpejam, aku bisa meraskan kerasnya otot perut Adam, oh shit.. Sepertinya orientasi sexualku ada yang aneh, pantas saja aku tak pernah terkesan dengan wanita meskipun sangat cantik.

Aku menatap leher Adam, rasanya sangat ingin mengecupnya, mengusap rambutnya dan bercumbu sepanjang malam. Kutuangkan segala kegemasanku dalam pelukanku, aku tersenyum-senyum sendiri bagai orang bodoh.

Kami lama saling diam hingga akhirnya Adam menegorku, "Hei.. Helo.. Kita sudah sampai.."

Aku langsung melepas pelukan dengan cepat, mukaku memerah saat semua orang di parkiran menatap kami tajam. Oh God.. Pose barusan sessuatu sekali apalagi mukaku yang mupeng aaarggh.. Memalukan.

Aku sampai memerah. Adam mengacak rambutku, "Ayo masuk.." suaranya menyadarkanku dari lamunan.

Kami melangkah masuk, terlihat satpam di depan supermarket itu menahan tawa menatap kami, bosan hidup ck..

Adam mulai mengecek daftar belanjaan, "Dikit amat bro belanjaannya.." ucapku.

"Ahaha.. Ya seperlunya aja, Fajar.."

Aku menyipitkan mata saat melihat Adam sangat teliti melihat label harga tiap barang, perhitungan kaya emak-emak.

"Ambil aja kali Dam, gak usah diteliti segala.."

"Ah.. Pada naik nih barang.." ucapnya lesu.

Aku tersenyum kemudian merangkulnya, "Ah bro, gak usah dipikirin.." ucapku sambil naik-naikin alis dengan nakal.

Aku ambil lima kotak susu, telor, daging, sayuran yang banyak, banyak cemilan dan minuman ringan. Adam terperangah, "Fajar, banyak amat.. Ini semua gak perlu.."

"Kamu pasti perlu Dam.." aku masih ngambilin banyak barang di rak, Adam malah balikin, dengan muka santai aku kembali masukin dalam keranjang.

Adam terlihat frustasi, dia menarik bahuku kemudian menarik kedua pipiku dengan kencang, "Fajar.. Ini semua mahal, aku gak mampu beli.."

Aku tersenyum lembut, "Adooh.. Bro, ngapain kamu pikirin sih, aku yang bayar.."

"Hah? Gak.. Gak Jar, aku gak mau ngerepotin kamu.." Adam kembali narohin barang tapi saat aku nahan tangan dia otomatis tangan kami bergenggaman.

Aku memerah tapi tetap menahan tangannya, kami bertatapan sangat lama sampai ada tawa remaja cewek yang menyadarkan kami. Kami berdua jadi terlihat kikuk dan salah tingkah.

"Adam, hormati aku.. Kalau kamu nganggap aku, maka izinin aku buat bayarin ini semua.." ucapku dengan lembut.

Adam menghela nafas hingga terpaksa mengangguk, aku langsung girang. Ingin rasanya mengecup pipinya detik itu.

Di kasir, aku sedikit risih membuka dompet karena uangku sangat tebal, uang merah-merah semua nih.

Dan benar saja begitu di parkiran Adam langsung kepo, "Uang sebanyak itu dapat dari mana? Aku belum tau kerjaanmu Jar.."

"Ehem.. Umm aku.. Aku investor suatu perusahaan, Dam. Jadi uang ngalir mulu nih di kantong hehe. "

Adam tersenyum, "Keren, aku bangga kamu sudah berbisnis semuda ini.. Thanks ya belanjaannya.."

Aku tersenyum, "Ah biasa aja Dam ekspresinya, nyantai aja bro."

Saat kami akan berangkat ada tembakan beruntun ke arah kami, orang-orang sekitar langsung berteriak.

Aku berusaha melindungi Adam di belakangku, kami menunduk di balik motor.

Aku ambil pistol di kaos kaki dan membalas tembakan dua orang itu and bingo kena!

Dengan cepat aku merampas kunci motor, "Adam cepetan naik!"

Giliran Adam yang memelukku erat, aku melajukan motor dengan cepat hingga mereka tak terlihat lagi.

Jantungku berpacu kencang untuk pertama kalinya, tanganku dingin, aku takut. Takut melukai Adam.

Adam hanya diam sepanjang jalan begitupun aku, sampai di kosannya aku langsung izin mau pulang karena ada keperluan mendadak.

Dadaku sesak, tubuhku berkeringat dingin, aku menangis sepanjang jalan. Ketakutan ini.. Aku tak bisa bayangkan bagaimana jika Adam celaka.

---

Saat aku menelepon boss yang aku dapat hanya ceramahan, "Dari awal juga aku beritahukan nak, jangan dekat dengan siapapun. Jangan membuat sebuah keluarga ataupun persahabatan kalau kau tak mau mereka celaka."

"Tapi bos, ini gak adil.. Aku butuh kehidupan.. Aku.. Akkh.."

"Kau lemah karena cinta sekarang. Ingat, mangsamu itu adalah kumpulan penjahat yang juga memiliki serikat kejahatan yang akan terus memantau kehidupanmu. Jika kau membangun sebuah keluarga atau persahabatan, maka mereka akan mati. Musuhmu banyak nak.."

Aku terus terisak, "Gak bisa..."

"Jauhi orang-orang yang kau sayangi, atau kau akan kehilangan mereka..."

"Aku berhenti boss, aku mau jadi masyarakat normal yang memiliki kehidupan damai."

"Hahaha menggelikan, kau tak akan bertahan dengan kehidupan normal. Ingat, takdirmu adalah membunuh.."

Aku langsung mematikan telepon, aku memeluk lututku, aku benci diriku.

Aku mulai teringat, bagaimana jika orang-orang yang aku bunuh memiliki anak dan istri yang sangat menyayangi mereka? Entah berapa banyak keluarga yang telah aku tumpahkan air matanya.

Aku menggigil, selama ini aku tak tau apa itu keluarga, apa itu kasih sayang. Aku mati rasa, aku lupa akan semua itu setelah akhirnya bertemu Adam.

Dia warna, dia jiwa bagi semangatmu. Cintanya membuatku excited, aku berbunga, aku bahagia. Namun disisi lain aku dihantui ketakutan sekarang, aku takut keberadaanku justru mencelakakan Adam.

HPku berbunyi, ada telepon dari Adam. Aku membersihkan ingusku dengan cepat, "Hai Dam.. Baru beberapa jam kita berpisah sepertinya kau sudah merindukanku.."

"Umm iya Jar, rasanya sepi tanpa kamu.. Kapan kamu mampir?" tanya Adam.

"Besok mungkin hehe.. Umm Dam, ada yang mau aku omongin nanti.."

"Apa Jar?"

"Nanti aja ya besok.."

"Sekarang aja Jar!"

Aku menggigit bibir pelan, tersenyum malu, "Sebenarnya aku.."

Tapi ucapanku terpotong, "Hei kau siapa!! Hei hei.."

DOORRR DOORR!!

Tutt... Tuut...

Telepon langsung putus, aku ternganga dengan mata berkaca-kaca. Dengan bringas aku menyambar kunci motorku, aku berlari kencang ke parkiran kemudian mengendarai motor dengan membabi buta.

Mataku basah sepanjang jalan, aku berdoa dengan sungguh-sungguh untuk keselamatan Adam.

Sampai disana cukup 15 menit dengan kecepatan 90km/jam.

Aku mendobrak pintu kosan Adam begitu sampai, "Adaam!!" teriakku.

Tapi aku langsung pasang poker face saat melihat Adam duduk santai sambil meminum fanta, "Hai Fajar, ngapain malam-malam gini?"

Aku langsung meraba tubuh Adam dengan gelagapan, "Luka.. Kau tak luka kan?"

"Luka apaan sih?" tanya Adam heran. Aku lebih heran.

"Tadi.. Itu telepon, tembakan, teriakanmu.." aku gelagapan.

"Oh haha tadi itu suara TV."

"Hah? Terus kenapa telepon putus?" tanyaku heran.

Adam tersenyum, "Maaf pulsaku habis hehe memalukan.."

Aku mengusap air mataku dengan bahu, sial. Tapi Adam mengusap pipiku, dia mendekatkan wajah dan melumat bibirku perlahan.

Aku memerah, perasaan ini.. Dadaku berdetak kencang.

Adam melepaskan ciuman, saliva kami menempel dibibir kami. Ah My first kiss...

"Aku mencintaimu..." desis Adam.

Rasanya dadaku bagai tersengat lebah saking shocknya ternyata Adam merasakan apa yang aku rasakan.

Aku mengecup bibirnya lagi, kami berciuman hangat hingga makin panas. Bercumbu hingga bercinta dengan ganas.

Aku berharap tetangga tak terganggu akan erangan kerasku, saat kenikmatan, cinta dan sakit membaur.

Aku menggigil, sensasi itu, aku bahagia bisa dijamah orang yang aku cintai.

Kami tertidur lelap, sangat lelap malam itu karena tubuh yang tumbang akan keletihan dan kenikmatan bercinta.

----

Pagi yang dingin, aku meraba ke samping tapi sayang sekali Adam tak ada di samping. Aku mengucek mataku, menggeliat hikmat.

Aku sedikit tersenyum saat membuka selimut, cairan kental itu pertanda bahwa kejadian malam tadi bukanlah mimpi.

Saat aku berbalik aku melihat Adam yang membongkar pakaianku, aku langsung bangkit, "Dam jangan sentuh privasyku!!!"

Adam menatapku dingin, "Kenapa? Kau punya rahasia sayang?" tanyanya.

Aku gelagapan, menggigit bibir. Ah baru kali ini aku terlihat bodoh, dan aku sangat terkejut saat Adam mengeluarkan kersek putih yang isinya dompet beserta handponku.

Semua rahasiaku, shit..

"Akhirnya aku punya bukti kuat untuk menghabisimu.." desis Adam dingin, dia menendang lemari dan keluarlah mayat seorang pria penuh darah.

Aku ternganga, "Maksudmu?"

Adam tersenyum, dia mengeluarkan sebuah tanda pengenal, "Aku polisi intel, dan kau adalah targetku selama bertahun-tahun. Ternyata dunia ini sempit ya, kekasihku sendiri lah ternyata penjahatnya.."

"Dam.. Aku sudah berhenti, aku sudah keluar. Aku berniat bertobat demi kamu, see?"

Adam tertawa..

DOORR..

Peluru panas menembus bahuku harus jadi sarapan pagi ini, aku berlutut sambil memegangi lukaku.

"Pria ini, dia terpaksa kuhabisi karena ingin membunuhku. Dia lah yang memberikan kesaksian lengkap tentang dirimu. Aku menemukan nomer bossmu, sudah mengirimkan pelacak pada markasku akan lokasi markas death hunter.."

Aku menggeleng lirih dan hanya bisa terdiam, Adam menatapku penuh kebencian.

"Kau akan memenjarakanku?" tanyaku.

"Tidak... Tak ada ampun untuk pembunuh berdarah dingin sepertimu.."

DOORRR!!

Aku langsung terkapar saat peluru tajam itu menembus jantungku, terlihat Adam mendekat perlahan.

"Sejujurnya cintaku tidaklah palsu, tapi ini demi profesionalismeku.." Adam mengecup keningku dengan lembut.

Aku masih dapat menatap wajah tampan itu, "Let's meet in the heaven.." desisku saat melihat pistol yang Adam letakkan di lantai dan menembak kepalanya. Kau kurang cepat sayang.

Boss benar, takdirku adalah membunuh. Hingga akhir hayatku.

TAMAT

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Deny Octa Christian All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.